Minggu, 27 Maret 2022

RUMAH BAGI PEMBELAJAR SEJATI

 

Oleh: RD. Yunianta

Belajar merupakan hak setiap insan berpendidikan. Meskipun pada awalnya pendidikan menjadi suatu hal yang diwajibkan oleh pemerintah sebagai bagian dari proses mencerdasan kehidupan bangsa, namun pada intinya pendidikan itu melekat pada diri setiap manusia yang mau tak mau harus berkembang dan dikembangkan agar tidak terjadi adanya stagnasi pengetahuan atau bahkan lebih fatalnya kemunduran peradaban.

Belajar, berarti upaya sadar pada diri sendiri untuk mengubah pola perilaku dari yang kurang menjadi hal yang lebih baik. Meski demikian, proses belajar tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu upaya dan usaha yang kontinyu dan sungguh-sungguh agar target pembelajaran yang sesungguhnya dapat tercapai.



Lebih dari itu, belajar akan semakin bermakna jika apa yang dipelajari dapat diserap dan dikembangkan oleh pihak lain. Dengan kata lain, pembelajar akan memberikan dampak positif perubahan kepada lingkungannya, baik lingkungan di mana ia tinggal maupun lingkungan disiplin ilmu yang ia pelajari.

Belajar, bukan hanya duduk di bangku sekolah, menerima apa saja materi yang diberikan oleh pengajar, mengerjakan tugasnya. Lalu pulang dengan keletihan hingga lupa apa yang telah dipelajarinya tadi pagi di sekolah. Belajar bukan hanya sekadar itu. Belajar adalah proses (yang salah satunya ada di dalam lembaga pendidikan) dan mengolah segala daya cipta untuk menghasilkan sesuatu yang baru, yang bermakna dan memiliki nilai guna.

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan bahkan dalam situasi apapun. Ketika seseorang sedang menunggu antrian bus misalnya, tiba-tiba ada penjual asongan lewat. Penjualnya sudah renta, dengan dagangan seadanya. Keuntungan yang tentu saja tak seberapa. Tetapi, dari sanalah salah satu proses belajar itu bisa bermula. Bagaimana jika dilihat dari segi moral, bahwa setiap insan tidak boleh hanya mengadahkan telapak tangan untuk menemukan rejekinya sendiri. Seseorang harus berupaya dengan giat dan gigih untuk mengais rejekinya. Memanen karunia Ilahi yang telah terserak di seantero bumi.



Lain halnya ketika ia melihat dari segi kemanusiaan, penjual asongan itu adalah sarana untuk menguji kepekaan kita. Apakah kita akan membiarkan ia kehujanan dan kepanasan tanpa sepeserpun rejeki di tangan,? Atau akan kita ulurkan sedikit lembar rupiah untuk menyudahinya berpeluh tanpa hasil. Meski kita tahu, mungkin kita belum membutuhkan apa yang akan kita beli nanti. Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan benda dari penjual asongan itu, tapi bagaimana kita mengasah emosional kemanusiaan kita dan memberikan senyuman indah kepadanya. Itu sudah lebih dari cukup.

Maka, ketika ditanya dimanakah letak rumah bagi seorang pembelajar sejati? Jawabanya tentu saja bukan sekolah. Karena pembelajar sejati akan selalu menemukan rumahnya untuk belajar dimanapun ia berpijak, ia melangkahkan kaki dan bahkan ketika ia merebahkan diri.

Selamat berproses,

27 Maret 2022

Kamis, 24 Maret 2022

RINDU

RINDU

(RD Yunianta)

 

Selaksa kilat tetiba menyambar keheningan

Memupus mimpi yang melambung tinggi

 

Terjaga ku,

sebelum sempat membelai waktu

Pada tanda yang tak mampu kubaca

Kutitipkan pada semesta

 

Semoga,

segera kau temu bintang terang

di pekat malam,

 

Dalam keheningan,

Pada tengadah doa

Kutitip rindu

Yang terus memburu...

 

Parangtritis, 17-1-22