Dalam
pembelajaran khususnya di kelas, pembelajaran yang menuntut adanya kreativitas
dari pihak guru/pendidik sebenarnya mutlak diperlukan. Guru, meskipun bukan
satu-satunya penentu keberhasilan peserta didiknya, punya andil yag besar dalam
kesuksesan murid dalam menyerap materi yang diajarkan padanya.
Dalam
pepatah jawa mengatakan bahwa guru itu digugu
lan ditiru. Maksud dari pepatah
tersebut adalah bahwa apapun polah tingkah guru, akan menjadi teladan bagi
siswa-khususnya siswa yang sempat diampu mata pelajaran oleh guru yang
bersangkutan.
Penyampaian
materi dari guru ke murid tidak serta merta mampu diserap dengan begitu
mudahnya. Apalagi karakteristik siswa yang beragam, ada yang pintar, ada yang
pendiam, ada yang tak bisa tenang duduk di kursinya, dan sebagainya. Untuk itu,
sebelum pemberian materi, alangkah lebih baik guru memahami atmosfer kelas yang
akan dimasukinya. Setelah mengenali, akan lebih baik jika ada perencanaan
pembelajaran yang dibuat guru (hal ini tertuang dalam RPP) dan juga strategi
penerapannya bagi murid.
Ternyata,
materi saja tidaklah cukup. Ibarat kacang, ada kulitnya, ibarat puisi ada gaya
bahasanya. Maksudnya, isi/materi harus dibungkus dengan tampilan yang menarik
agar murid tertarik pada pembelajaran dan dapat nyaman mengikutinya. puisi,
dibalut dengan gaya bahasa misalnya penggunaan majas tertentu akan menimbulkan
kesan berbeda daripada disampaikan secara denotatif. Begitu pula dengan
penyampaian materi pembelajaran di kelas. Guru harus kreatif, dengan kata lain,
kreatif itu perlu bagi guru.
Setiap
individu diciptakan secara unik dan membawa karekternya masing-masing. Begitu
pula dengan guru yang tentu saja punya ‘sesuatu’ yang berbeda dengan guru yang
lain (factor x). Maka, kreatif ini tidak dapat disamakan antara guru yang satu
dengan yang lain. Sebagai contoh sederhana pola kreatif guru dalam pembelajaran
puisi sebagai berikut. Yang pertama, guru menerangkan tentang puisi dan setelah
itu siswa diminta menulis puisi berdasarkan pemahaman mereka terhadap
penjelasan sebelumnya. Kedua, siswa diberi contoh puisi dari tokoh terkenal,
misalnya Chairil Anwar dan siswa diminta menulis puisi berdasarkan pemahamannya
tentang contoh puisi yang ada. Ketiga, sebelum siswa menulis puisi, guru
meminta siswa mengingat kembali pengalaman mereka tentang liburan dan kemudian
diminta menuangkannya ke dalam bait-bait puisi. Dan keempat, siswa diajak guru
keluar kelas dan siswa diminta mengamati keadaan lingkungan, mengamati apa yang
mampu membuat siswa tertarik pada objek tersebut, dan siswa menuangkannya ke
dalam puisi.
Dari
keempat strategi tersebut, tidak bisa serta merta kita mengatakan bahwa yang
pertama paling teoritis dan tidak kreatif sedangkan yang keempat adalah yang
paling baik dan paling kreatif. Semua
punya cara sendiri dalam proses pembelajaran dan punya cara sendiri untuk
membuat muridnya menguasai apa yang guru ajarkan. Hanya saja, dengan berfikir
dan berperilaku kreatif dari guru, diharapkan siswa mampu menyerap materi yang
diajarkan dengan nyaman, tidak cepat bosan dan dapat hasil maksimal dari apa
yang baru saja diterimanya dalam proses pembelajaran. Sebagai akhir, dapat
dikatakan bahwa kreativitas perlu dikuasai oleh guru dalam pembelajaran baik di
kelas maupun di luar kelas agar pembelajaran tidak monoton dan ada warna
tersendiri sehingga menimbulkan minat dan motivasi tinggi bagi para penuntut
ilmu yang sedang membutuhkan arahan. Bagi guru, kreatif itu perlu. ^^b