Berputar
layaknya roda. Itulah kehidupan. Berjalan melaju maju dan tak tentu kemana akan
berakhir. Begitulah hidup. Kita selayaknya sebuah roda yang terus berputar.
Roda itu, bagaikan hidup kita yang kadang berada pada posisi atas, atau bahkan
berada di posisi paling rendah. Tidak akan ada yang tahu kemana roda berputar
itu berhenti. Sampai dimana tujuan itu berakhir. Kadang saat berada di posisi
atas, roda berhenti. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa saat itu hidup kita
berada dalam suasana yang indah dan nyaman, penuh kebahagiaan.
Lalu,
bagaimana jika pada akhirnya kita berada di posisi bawah ketika roda kehidupan
kita berhenti? Haruskah sesal yang didapat dan merenung tanpa kepastian?
Selayaknya tidak karena sesuai pepatah urip
iku mampir ngombe, maka mampirnya kita di dunia ini untuk meneguk sari pati
kehidupan sebagai bekal di alam selanjutnya. Jika kita meminum hal yang baik,
meskipun secara lahiriah tampak buruk di mata orang lain, kita akan mendapat
kebahagiaan kelak sebagai ganjaran atas apa yang kita perbuat di dunia.
Sebaliknya, jika kita meminum keburukan, meskipun tampak hal itu sebagai
sesuatu yang luar biasa di mata orang, kita akan tetap mendapatkan dampak
keburukan dari benih yang kita tanam.
Jadi pada
titik akhirnya, sebagaimana roda yang berputar, hidup pun terus berputar dengan
tetap meneguk air suci kehidupan dengan pesan kebaikan. Agar kita tak sempat
menyesal ketika roda kehidupan kita diberhentikan. Sekian.