Kamis, 15 Maret 2018

CAKRA MANGGILINGAN, PUTARAN RODA KEHIDUPAN



Berputar layaknya roda. Itulah kehidupan. Berjalan melaju maju dan tak tentu kemana akan berakhir. Begitulah hidup. Kita selayaknya sebuah roda yang terus berputar. Roda itu, bagaikan hidup kita yang kadang berada pada posisi atas, atau bahkan berada di posisi paling rendah. Tidak akan ada yang tahu kemana roda berputar itu berhenti. Sampai dimana tujuan itu berakhir. Kadang saat berada di posisi atas, roda berhenti. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa saat itu hidup kita berada dalam suasana yang indah dan nyaman, penuh kebahagiaan.
Lalu, bagaimana jika pada akhirnya kita berada di posisi bawah ketika roda kehidupan kita berhenti? Haruskah sesal yang didapat dan merenung tanpa kepastian? Selayaknya tidak karena sesuai pepatah urip iku mampir ngombe, maka mampirnya kita di dunia ini untuk meneguk sari pati kehidupan sebagai bekal di alam selanjutnya. Jika kita meminum hal yang baik, meskipun secara lahiriah tampak buruk di mata orang lain, kita akan mendapat kebahagiaan kelak sebagai ganjaran atas apa yang kita perbuat di dunia. Sebaliknya, jika kita meminum keburukan, meskipun tampak hal itu sebagai sesuatu yang luar biasa di mata orang, kita akan tetap mendapatkan dampak keburukan dari benih yang kita tanam.
Jadi pada titik akhirnya, sebagaimana roda yang berputar, hidup pun terus berputar dengan tetap meneguk air suci kehidupan dengan pesan kebaikan. Agar kita tak sempat menyesal ketika roda kehidupan kita diberhentikan. Sekian.