FILOSOFI PION DAN ARTI PERJUANGAN
Oleh: Rohmat D. Yunianta
Menarik, belajar dari mengamati bagaimana pion ditakdirkan
untuk menjadi korban pertama dalam setiap permainan Bidak Catur. Pion, dianggap
sebagai prajurit garda terdepan yang berjuang sebagai benteng pertama yang
harus dikorbankan untuk melindungi prajurit atasannya, utamanya adalah raja itu
sendiri.
Pion dapat juga
diumpamakan sebagai anak kecil yang sekolah untuk mendapatkan predikat
tertinggi hingga dapat bermetamorfosis menjadi bidak unggulan setingkat patih,
menteri, dst. Lalu begitukah sebatas kemampuan pion??
Baiknya kita simak sisi lain dari pion yang mungkin
terabaikan selama ini.
Maju terus,
Tidak pernah ada sejarahnya pion mundur ke
belakang, ke tempat semula untuk menghindari sergapan lawan atau untuk mengatur
strategi dalam pertandingan. Apabila pion telah dilepas maju satu bidak ke
depan, maka ia tetap akan bertahan disana atau maju terus, tidak bisa lagi
mundur. Ini mengindikasikan bahwa kehidupan ini perlu disikapi untuk terus
melihat ke depan karena kehidupan tidak mungkin akan membalik ke masa lalu,
masa yang telah terlewati seperti bidak yang telah ditinggalkan.
Si mungil yang gigih,
Jika dilihat dari ukuran, maka pion adalah
tokoh paling mungil yang ada dalam bidak catur. Namun tunggu dulu, bukan
berarti mungil itu tak berdaya. Ia, pion itu adalah bidak yang gigih. Ia akan
bertahan meskipun harus bertempur menghadapi pion lawan, menteri lawan, atau
mungkin patih yang menghadapinya. Dengan bergandengan tangan dengan pion lain,
dengan memposisikan dalam alur diagonal dengan pion lain, maka pion adalah
pihak yang gigih, yang tak mudah rapuh, tak mudah patah ibarat mati satu tumbuh
seribu. Saling menjaga sesama, saling mendukung, dan menjadi garda terdepan
perjuangan.
Rela berkorban
Lagi, pion adalah bidak yang diposisikan sebagai
korban pertama untuk melindungi prajurit di belakangnya. Ini seakan membuatnya
tak berguna. Padahal pion adalah bidak yang rela berkorban untuk strategi
kemenangan. Coba lihat, bagaimana sering pion dijadikan umpan gratis untuk
memancing lawan membuka celah agar pertahanannya goyah. Namun, pion tetap
berada pada garisnya untuk berkorban terutama jika raja benar-banar terdesak.
Setia,
Pion adalah tipe yang setia pada filosofi
permainan. Ia tak akan mundur ketika telah melangkah. Ia menerima ketika dikorbankan
untuk sebuah misi yang mulia –kejayaan. Pion tetap rendah hati dan tak menolak
untuk setiap tugas yang diberikan karena kesetiaan kepada pihak tertinggi dalam
permainan menyadarkannya untuk patuh dan taat pada aturan yang diberikan.
Mampu bermetamorfosis,
Pion adalah satu-satunya bidak catur yang
mampu bermetamorfosis menjadi sosok lain yang lebih unggul derajatnya dalam
permainan. Ketika ia melangkah, setapak demi setapak tetapi tanpa pamrih. Gigih
melaju hingga melewati rintangan pihak musuh, maka pada akhirnya ia sampai pada
garis terakhir yang ada di pihak lawan. Jika sampai pada titik nadir itu, pion
akan bermetamorfosis menjadi sosok lain yang diinginkan. Ia dapat menjadi kuda,
menteri, beteng, atau bahkan menjadi tokoh patih. Ini berkat gigihnya melangkah
tanpa menghiraukan siapa dirinya yang kecil, yang terabaikan, yang lemah.
Lalu, masihkan kita berfikir tentang diri kita sendiri yang
kecil, yang tak terlihat, yang lemah, atau apapun yang menganggap negatif pada
citra diri kita?? Jika iya, alangkah lebih baik jika kita kembali menyimak
ulang tentang filosofi pion di atas. #selamatmetamorfosis